BannerDepan

Kehadiran PT VDNI Berdampak Positif Terhadap Perekonomian Masyarakat Sekitar

Konawe, Sultrapost.ID – Kehadiran PT. Virtu Dragon Industri (VDNI) rupanya berdampak positif bagi masyarakat Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe. Bagaimana tidak, sejak pabrik pemurnian nickel itu beroperasi, perekonomian masyarakat disekitar wilayah perusahaan mengalami peningkatan.

Budiono (45) merupakan salah seorang dari sekian warga di Desa Morosi yang kini menjadi pengusaha sukses. Hanya dengan bermodalkan sebuah warung makan yang sangat sederhana berukuran kurang lebih 4×6 meter dan kos-kosan, siapa sangka jika pria kelahiran 1974 yang berpenampilan sederhana dengan baju kusam dan celana pendek itu memiliki omset Rp 100 Juta per Bulan-nya.

Saat awak media menyambanginya, pria dengan tiga anak yang kerap disapa Budi mengaku bahwa Kehadiran PT VDNI di Desa-nya membawa perubahan 100 drajat baginya. Padahal sebelumnya ia menggantungkan hidup dengan bertani sayur-sayuran yang berpenghasilan pas-pasan. Bahkan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarganya kala itu, Budi kerap mencari penghasilan tambahan seperti menjadi Sopir angkot dan mencari kayu di hutan.

“Tahun 1997 saya beradu nasib di Desa Morosi, berbekal keterampilan menanam sayur. Ternyata hanya jadi petani sayur itu tidak cukup, untuk memenuhi kebutuhan saya dan keluarga. Terpaksa pekerjaan apapun saya lakukan untuk menjalani kehidupan sehari-hari,” ungkap Budi, Sabtu 23 Maret 2019.

Selama 18 tahun menghidupi keluarganya dengan penghasilan pas-pasan membuat Budi selalu sabar dan tekun bekerja. Hingga ditahun 2014, PT VDNI perusahaan dengan Investasi Rp 14 Triliun memilih Desa Morosi sebagai lokasinya, yang mengubah Budi dari petani sayuran, sopir dan pencari kayu di hutan dengan penghasilan sangat pas-pasan, menjadi pengusaha warung makan, ketring dan kos-kosan yang berpenghasilan ratusan juta juta perbulannya.

“Saya tidak pernah bermimpi seperti sekarang ini, dulu disini hanya Desa yang rimbun, sepi dan jalannya hanya bisa dilalui sepeda motor. Tapi Alhamdulillah PT VDNI masuk mengubah Desa ini dan Desa lainnya menjadi Desa yang sangat berkembang,” katanya.

Dia menceritakan, awalnya rumah miliknya di kontrak oleh perusahaan untuk Tenaga Kerja Asing (TKA) asal tiongkok sebesar Rp. 50 Juta, sedangkan istrinya Sumina menjadi tukang masak dengan upah Rp. 1,5 Juta perbulannya. Berjalannya waktu ia pun mulai membangun kos-kosan semi permanen sebanyak lima kamar, berkat motivasi salah seorang TKA saat itu.

“Rumah saya dikontrak sama perusahaan untuk para TKA, nah istri saya jadi tukang masak saat itu. Dan waktu itu salah seorang TKA bilang ke saya untuk bangun kos, katanya pasti ada yang tinggali. Tanpa pikir panjang saya langsung bangun kos dekat rumah,” ucapnya.

Kamar kos-san yang dibangun diatas lahan miliknya seluas 100×240 meter dan disewakanya seharga Rp. 500 Ribu dalam sebulan itu, hanya dihuni dua kamar saja. Bahkan ditahun 2015 aktivitas VDNI terhenti hingga tak satupun lagi yang menghuni kos-san tersebut. Namun hal itu tak membuat Budi patah semangat, ia tetap optimis. Hingga ditahun 2016 VDNI kembali beroperasi dan kosannya pun menjadi satu-satunya hunian di desa itu.

Setelah usaha kosnya sukses, Budi bersama istrinya pun disarankan lagi oleh salah seorang TKA untuk membuat usaha rumah makan. Tanpa berpikir panjang, ia kemudian mengajukan kredit ke salah satu Bank swasta yang ada di Sultra guna memodali usahanya.

“Saya bersama istri disarankan lagi, untuk membuka usaha warung makan di wilayah perusahaan. Karena dua hingga tiga tahun kedepan Desa Morosi akan menjadi desa yang sangat ramai dan sangat berpotensi untuk berbisnis makanan,” ujarnya.

Omongan pria Thiongkok itu kini menjadi kenyataan, pria kelahiran Polewali Mamasa (Polmas) menjadi pengusaha warung makan dan Catering serta kos-kosan dengan omset Ratusan Juta perbulannya, bahkan saat ini ia memiliki aset berupa tanah seluas 3 hektar dan 4 unit mobil. Bagai mana tidak, penghasilan kos-san, dalam perbulannya saja Budi mendapatkan penghasilan hingga Rp. 30 Juta, sedangkan usaha rumah makannya Rp 10 Juta dalam sehari, belum lagi usaha catringnya yang juga seharinya mencapai Rp. 4,5 juta

Budiono saat hendak mengantarkan pesanan cetring ke PT VDNI. Foto: Aidil

“Sehari itu saya melayani Catering sebanyak 300 dos, itu untuk karyawan di Virtu, kadang juga lebih, jadi sehari saya dapat Rp. 4,5 juta. Kalau warung makan tiap hari Rp. 10 juta. Saya juga sekarang sudah punya kos-kosan 42 kamar yang sewanya perbulan berkisar Rp 500 hingga Rp 1,5 juta semuanya berisi dan ada rencana saya mau nambah kamar lagi,” tuturnya dengan wajah memerah seakan malu-malu.

Budi mengatakan diluar sana banyak yang menganggap PT VDNI itu membawa masalah di Sultra khususnya di Morosi, Konawe. Tetapi kenyataannya PT VDNI adalah sebuah karunia untuk Desa Morosi, karena kehadiran Morosi sangat merubah kehidupan masyarakat sekitar.

“Orang luar ini bicara saja, disini kami yang merasakan,Allhamdulillah kehadiran Virtu mengubah masyarakat dari yang awalnya tidak ada sekarang serba berkecukupan. Buktinya saya dan banyak lagi yang seperti saya. Dan saya bersama masyarakat sekitar sangat mensyukuri ini,” pungkasnya.

Laporan : Aidil

Anda mungkin juga berminat

Ruangan komen telah ditutup.